Pages

Rabu, 21 Maret 2012

Perjuangan Melawan Lupa Tragedi 27 Juli


Perjuangan Melawan Lupa Tragedi 27 Juli
Para petinggi PDI Perjuangan mungkin kini telah melupakannya. Pun pemerintah tak lagi berhasrat mengungkapnya. Namun bagi orang-orang yang dini hari itu berjaga di Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia, pasti tak akan bisa menghapus kenangan kelam itu dari benak mereka. Pagi itu, 27 Juli 1996, Jakarta belum sepenuhnya bangkit dari tidur, namun kegaduhan telah telah terjadi di Jalan Diponegoro, tempat partai banteng itu berkantor.
Mungkin 300, mungkin pula 400 orang yang semalaman berjaga di kantor itu bertahan dengan gigih menghadapi penyerbu yang entah datang dari mana. Seperti halnya orang-orang yang berjaga di Diponegoro, para penyerbu itu juga beratribut PDI. Para penyerang itu memang mengaku sebagai orang-orang Suryadi — lawan Megawati di internal PDI. Namun dari kemampuan berkelahi mereka yang nampak terlatih, dengan mudah bisa diterka dari mana sesungguhnya mereka berasal.
Hari itu dengan cepat kemarahan menyebar ke segala arah. Api menghanguskan begitu banyak kendaraan dan gedung. Kelak Komnas HAM mencatat lima orang pendukung Megawati tewas, 149 orang terluka dan 136 lainnya ditahan. Namun para saksi berkeyakinan, yang mati mencapai puluhan orang, 300 lainnya luka parah. Seseorang yang diperbolehkan aparat menengok ke dalam kantor PDI mengatakan, ia hanya melihat ceceran darah dan sehelai jaket berlumur darah. “Hari ini kita menjadi saksi sejarah, kawan-kawan kita mati mempertahankan gedung ini,” kalimat sedih itu diucapkan dengan gagah oleh seorang anak muda yang berbandana merah putih di kepalanya.
Tapi benarkah hanya seonggok gedung yang mereka pertahankan? Dan juga benarkah ‘hanya’ Megawati dan PDI yang mereka bela? Jika kita berdiri di sana saat itu kita bisa menemukan jawabnya; tak hanya itu! Gedung Jalan Diponegoro 58, tempat berhari-hari para disiden Orde Baru bermimbar bebas, sesungguhnya hanyalah simbol dari kemerdekaan yang telah menahun diberangus. Sementara Megawati ditempatkan sebagai titik simpul (interest confluence) dari beragam pihak yang menentang watak adigung pemerintahan Soeharto.
Persengketaan internal PDI yang merupakan akibat intervensi pemerintah menjadi ’ruang bersama’ bagi banyak kekuatan kritis untuk melawan otoritarianisme Orde Baru. Kita tahu, mereka yang berkumpul di Jalan Diponegoro dan juga yang menggemakan protes di daerah-daerah tak hanya para partisan PDI, namun juga para aktivis mahasiswa, pegiat ormas dan LSM. ”Penggusuran Megawati sama halnya dengan pembunuhan demokrasi. Tanpa demokrasi, selamanya rakyat akan menjadi budak kekuasaan,” begitulah sebuah media interaktif mencatat orasi seorang demonstran di depan Megaria. Demokrasi, itulah sebagian alasan kenapa orang-orang itu melawan represi fisik yang tak tertandingi oleh kekuatan raga mereka.
Lima belas tahun berlalu, kita tak tahu, bagaimana makna persitiwa bagi para petinggi PDI Perjuangan, metamorfosis PDI yang bangkit dari puing-puing 27 Juli. Mungkin bagi mereka, peristiwa itu hanya menghasilkan seremonial berupa hening cipta., tanpa terbersit niatan untuk mengungkapnya sebagai pelajaran berpolitik yang manifes. Dalam peringatan yang dilakukan 2008, tiga tahun lalu, Ribka Ciptaning mengeluhkan sikap para petinggi partainya yang abai terhadap tragedi tersebut. ”Saya kecewa mereka melupakan peristiwa ini. Padahal tragedi inilah yang membesarkan Mega dan partainya,” begitulah Ribka mengeluh.
Kini tak terlihat lagi jejak penuntasan hukum untuk menguak tragedi ini, bahkan saat Megawati masih berada di atas kursi presiden. Para elit militer yang bertanggungjawab atas aksi kekejian tersebut kini masih leluasa dan terus meretas jalan kembali ke altar kekuasaan. Barangkali, atas nama stabilitas politik, mereka telah bersepakat untuk akur kembali dan menempatkan sejarah buram itu menjadi bagian dari masa lalu. Dan peran rakyat hanyalah sebagai krocombelo yang di-casting sebagai korban.
Hanya saja kita pernah mendengar dari cendekiawan Ceko, Milan Kundera, perjuangan melawan kekuasaan (yang dzalim) adalah perjuangan melawan lupa. Dan mereka yang mengabaikan masa lalu, tulis filsuf George Santayana, akan dikutuk mengulanginya. Dengan demikian mewujudkan harapan yang baik, harus dimulai dengan menciptakan preseden pada masa sebelumnya. Yakni preseden bahwa seperti apapun kejahatan, kapanpun terjadi dan siapapun pelakunya harus tetap ditimbang oleh tangan hukum. Dengan begitu, kejahatan itu tak terulang lagi di masa mendatang.(*)

Sejarah Hardcore/Punk


Sejarah Hardcore/Punk

Munculnya musik Hardcore pada tahun 1970-an.Hardcore awalnya berasal dari musik punk, ada 3 Band yang awalnya membentuk aliran musik hardcore ini. Musik Hardcore ini juga banyak disebut sebagai musik underground karena kebanyakan komunitas musik ini tidak dipublikasikan ke masyarakat dan khlayak luas. Orang tidak akan mengenal siapa sajayang ada di musik Hardcore ini karena tidak mempunyai karakter yang subjektif, musik punk disini dapat dipublikasikan dan dapat dikenal dari ciri khas dan gaya - gaya mereka. dan dikomunitas Hardcore ini tidak memandang profesi siapa dan darimana asal serta umur orang itu.

Di aliran musik ini terdiri dari 3 Band yang mendirikannya, 
Pertama yaitu Bad Brain yang menyebarkan aliran Hardcore dengan mengadakan konser - konser disebagian kota, sehingga musik Hardcore dapat dikenal oleh khalayak dan masyarakat luas.

Kemudian yang kedua yaitu ada Black Flag, mereka membentuk aliran ini dengan merubah aransemen lagu step - step menjadi lebih cepat, sehingga Hardcore mempunyai karakter musik sendiri. 
dan ketiga adalah Minor Threat pada Band ini yang membedakan antara musik Punk dan Hardcore dengan menyerukan straight age pada komunitasnya yaitu dengan mengajak komunitas Hardcore untuk hidup lebih positif karena pada era tahun 1970-an tersebut banyak pemuda yang menyukai aliran punk yang meninggal dunia dengan sia - sia dikarenakan Narkoba. Minor Threat mengajak bahwa Hardcore yang beraliran keras bukan berarti harus memakai dan menggunakan Narkoba. Straight Age yang kemudian pecah menjadi 2 bagian,yaitu bagian positif yaitu pengikut dari Vegetarian sampai tidak yang merokok, sedangkan bagian yang Negatif kebalikannya.

Sejarah Punk, Lifestyle, Bahasa Serta Simbol-Simbol yang Menyertainya


Sejarah Punk, Lifestyle, Bahasa Serta Simbol-Simbol yang Menyertainya

OPINI | 12 June 2011 | 10:25
Istilah punk muncul pertama kali di Inggris. Dimana makna dari punk adalah perlawanan. Namun, seiring berjalannya waktu, membawa istilah tersebut merembet ke bumi Amerika. Kebobrokan moral pada saat itu mendapat sindiran dari para pekerja dengan cara berpakainnya yaitu rambut Mohawk, sepatu boots, rantai dan spike serta baju lusuh.
Tahun 1970 menjadi awal kehadiran dari genre punk dengan munculnya band seperti Sex Pistols, The Damned dan Buzzcock. Seiring perrkembangan genre ini, mulailah muncul band-band penyusul yang kemudian mencampuradukkan genre punk ini dengan genre lain. Hal itu yang dilakukan pula oleh band asal amerika yaitu Ramones. Yang mencampurkan antara genre punk dengan suasana rocknya.
Melihat pasar yang semakin menggandrungi genre ini. Mulailah industri ikut bermain disini. Sehingga terciptalah beberapa band yang banyak dari orang menyebutnya “punk industrial”. Punk industrial ini memunculkan band seperti Blink 182 yang kemudian disusul oleh Green Day. Kedua band ini mencoba mencampur adukkan genre punk dengan genre pop demi komoditi pasar . Sehingga musik perlawanan ini bisa diterima pasar.
Di Indonesia perkembangan tidak hanya terhenti pada musik saja. Munculnya distro-distro merupakan salah satunya. Hal itu muncul sebagai sindiran atas budaya konsumerisme anak muda yang gandrung akan merk-merk fashion internasional. (Yhanri)

MAKNA DAN IDEOLOGI PUNK

MAKNA DAN IDEOLOGI PUNK



Oleh Daniar Wikan Setyanto, S.Sn NIM : 102 0455 411
Program Studi Penciptaan Seni Fotografi ISI Pascasarjana ISI Jogjakarta

Sejarah Punk
                Punk secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Public United not Kindom”, kemudian disingkat menjadi P.U.N.K, atau dalam bahasa indonesia berarti sebuah kesatuan / komunitas di luar kerajaan/pemerintahan. Punk muncul pertama kali di Inggris pada tahun 60an, pada waktu itu punk hanya sebatas pemberontakan dibidang musik, meskipun akhirnya justru merambah sampai menjadi subkultur. Pada waktu itu musik di Inggris didominasi oleh kaum rocker, yang notabene memiliki skil yang tinggi dalam musikalitas, ritme melodi gitar yang rumit dan cepat, suara tinggi, serta syair cinta yang melankolis. Selain rock, aliran musik lain seperti jazz, pop, klasik juga ikut tenar. Punk kemudian muncul membawa semangat baru para remaja pecinta musik pada waktu itu,  yaitu kelompok musisi yang mengapresiasi music rock namun dengan keterbatasan skill dan permodalan. Ciri music punk adalah distorsi gitar yang tajam dengan beat drum yang cepat tak beraturan, musik punk juga dikenal dengan penggunaan acord yang simpel karena hanya terdiri dari 2-3 acord saja. Namun dalam setiap kali aksi panggung punk selalu menonjol karena karakternya yang atraktif, ugal-ugalan, bahkan brutal. pada setiap konser punk juga dikenal istilah moshing (penonton membentuk lingkaran kemudian saling membantingkan diri satu sama lain). Selain atraktif, punk juga dikenal dengan dandanan mereka yang nyentrik seperti potongan mohawk ala suku Indian (rambut dibuat seperti duri mendongak keatas), kaos bergambar tengkorak, jaket dengan berbagai macam assesoris bordir dan metal, gelak atau kalung besi, tubuh penuh tatto, sepatu boots, piercing, bahkan make up wajah seperti eye shadow dan lipstik hitam. Bagi mereka kostum tersebut merupakan simbol akan semangat punk yang identik dengan anti kemapanan, anarkisme, vandalisme, anti sosial, kriminal kelas rendah, dan kaum terabaikan.
                Ada masa dimana kominitas punk sulit dibedakan dengan kaum skinhead, meski memiliki semangat yang sama yaitu anti kemapanan dan kelas bawah, skinhead sebenarnya berbeda dengan punk. Skinhead merupakan subkultur yang lahir di London, Inggris berbarengan dengan punk, hanya saja skinhead lebih identik dengan potongan botak dan kelas pekerja yang rasis dan neo-Nazi, namun dalam bermusik gaya antara punk dan skinhead hampir sama, saat ini keduanya seakan-akan menyatu dalam ideologi yang sama.
                Dalam bermusik para punker (sebutan bagi komunitas punk) mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, sehingga kecenderungan mereka memprovokasi audiens secara terang-terangan, dengan perform kualitas rendah, mereka lebih mengedepankan aksi panggung yang penuh dengan kehebohan dan brutalitas. Hal tersebut karena adanya keyakinan bahwa penampilan fisik dan aksi panggung mereka adalah sebuah poin lebih dari komunitas punk. Lirik-lirik lagu punk selalu meneriakkan protes terhadap kejamnya dunia, kritik terhadap penguasa, rasa frustasi dan anti romantisme, hal tersebut karena dipicu oleh ketidak sukaan meraka terhadap para artis pada masa itu seperti Rolling Stones, Beatles, Elvis yang cenderung mengangkat tema-tema cinta yang sahdu dan menyayat hati.

Gmb 1. Model rambut mohawk ciri dari komunitas punk
                Meski berawal dari musik, punk sedikit demi sedikit berubah menjadi sebuah gaya hidup yang penuh dengan pandangan dan ideologi, hal tersbut dikarenakan adanya pengertian bahwa hebohnya penampilan (apperance/form) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (idea/content). Musik-musik mereka penuh dengan pandangan sosial politik yang akhirnya terpatri dalam kehidupan mereka sehari-hari. Apalagi komunitas punk merupakan komunitas tertindas dari kalangan bawah, pada tahun 1970an pemerintah Inggris menetapkan pajak yang tinggi sehingga di negara tersebut marak dengan kemiskinan, kelaparan, kriminalitas dan kesenjangan sosial. Para punker akhirnya mulai merambah jalanan, mereka berjuang disisi yang selain musik yaitu dengan demo ataupun vandalisme yang ujungnya adalah sebuah kritik buat penguasa kerajaan Inggris. Karena komunitas punk semakin banyak dan mereka mulai merambah jalanan, maka lahirlah street punk (punk jalanan) atau komunitas punk yang menggelandang/hidup dijalanan. Street punk semakin meninggalkan semangat awal bermusik namun justru semakin mengarah ke gaya hidup yang berorientasi pada fashion dan dan kenakalan remaja.
                Pada tahun 1990an, saat media elektronik menjadi sangat maju keberadaan komunitas punk mulai tercium media dan disoroti secara tajam diseluruh dunia, tentu saja hal tersebut membuat punk semakin popoler sehingga menjadi sebuah subkultur yang mendunia. Pada masa itu juga punk mulai masuk ke wilayah asia termasuk indonesia, diawali di Bandung yang notabene adalah kota fashion, banyak remaja mulai berdandan ala punk dan turun kejalan-jalan untuk mengamen. Punk semakin banyak dari tahun ketahun karena adanya band-band punk yang sukses seperti Rancid[1] dan Sex Pistols[2]. Keberadaan mereka yang mengglobal membuat punk menjadi trend diseluruh dunia, bahkan muncul pengimitasian gaya punk yang akhirnya melahirkan fashion punk, yaitu mengadaptasi gaya kostum punk tanpa menganut ideologinya.

 Gmb 2. Band Rancid
              
              Gmb 3. Band Sex Pistols      
                                 
Membaca makna fashion Punk
                Keberadaan band-band punk seperti Sex Pistols dan Rancid membuat demam fashion punk semakin banyak, gaya punk bahkan diadaptasi oleh band-band beraliran lain seperti heavy metal, rock dan trash. Pengimitasian gaya punk tentunya juga merambah Indonesia, karena banyak para remaja di sini yang mengidolakan band-band punk. Pengimitasian terjadi karena sifat remaja yang labil sehingga selalu mengadaptasi hal-hal yang mereka sukai, meski sebenarna mereka (kaum remaja) bukan seorang musisi, namun semangat dan gaya fashion punk sangat mempengaruhi kehidupan mereka.



Gmb 3. Foto anak punk Jogja
                Apakah fashion punk mempunyai arti? Jawabanya adalah iya. Semiotika mempercayai segala hal yang ada di dunia ini mempunyai makna, tak terkecuali adalah fashion punk. Aart van Zoest dalam bukunya “Semiotik” (1978) mengatakan bahwa simbol dalam musik sangat jelas keberadaannya. Pengenalan jenis, sejarah dan gaya tergantung pada unsur-unsur simbolis dalam tanda komplek, yakni karya musik. Dengan demikian, penggunaan asesoris fashion pada pemusik termasuk dalam simbolitas musik karena berhubungan erat dengan gaya hidup dan sejarahnya.
Berikut adalah analisis makna setiap item ikonik dalam fashion punk :
ITEM
MAKNA
Rambut Mohawk
Rambut mohawk adalah rambut yang dibuat berbentuk seperti duri mendongak ke atas. Gaya ini merupakan adaptasi dari gaya suku indian kuni yang pada waktu itu bernama  mohican., posisi seperti menunjuk keatas, rambbut dibuat kaku sehingga tidak mudah layu. Maknanya sebuah perlawanan akan takdir Tuhan YME, para punk, merupakan gambaran kaum tertindas yang tidak terima dengan posisi mereka di masyarakat, punk menganggap strata mereka adalah “takdir” yang dapat dilawan dan mereka mampu megatasi takdir itu dengan bermusik
Jens ketat sobek
Jens ketat yang sobek bermakna sebuah himpitan dasyat dari lingkungan terhadap mereka. Manghalangi ruang gerak dan atraksi panggung mereka, oleh karena itu seringkali muncul robekkan pada lutut dan paha yaitu sebuah simbol tentang kemerdekaan gerak dan ide dari para punk
tatto
 Biasanya bergambar tengkorak, salip, api...tatto adalah simbol kekuasaan terhadap tubuh fisik. Mereka percaya lewat tatto mereka memiliki kekuasaan penuh terhadap tubuh. Selain itu tatto juga menyimbolkan cita rasa seni kaum menengah bawah
rantai
Rantai menyimbolkan sebuah kesatuan yang utuh diantara pa komunitas punk. Faktanya, kesatuan punk memang terkenal sangat solid, sering kali mereka terlihat secara bergerombal, berbagi rejeki dan tempat tidur secara bersama, bahkan diantara komunitas punk tidak ada diskriminasi berdasarkan SARA atau secara ekonomi
Piercing / tindik
Sama seperti tatto, piercing juga menyimbolkan kekuasaan atas tubuh, perlawanan terhadap penderitaan/rasa sakit  dan mengontrol tubuhnya sendiri
Eye shadow
Eye syadow menyimbolkan cara pandang punk yg suram terhadap sekitarnya. Bagi punk, masa depan terlihat sangat suram dan kurang menjanjikan, seakan-akan mereka siap untuk menjadi kalangan terbawah sampai akhir hidup mereka
Sepatu boots
Sepatu boots biasa dipakai oleh prajurit agar bisa dipakai disegala medan, baik becek, berbatu, licin dan medan yang sulit lainya. Oleh karena itu boots menyimbolkan bahwa para punk akan siap menghadapi rintangan apapun termasuk hukum dan kesulitan secara ekonomi.

Dalam pemahaman teori dusta dari Umberto Eco, semiotika digunakan sebagai cara untuk berbohong, menurut Eco, apa yang bisa mengungkapkan kebohongan juga dapat digunakan sebagai pengungkap kebenaran. Demikian juga dalam fashion punk, asesoris punk banyak digunakan oleh para remaja untuk menutupi identitas dirinya sendiri, dengan memakai asesoris punk, mereka membohongi publik dengan menyatakan diri sebagai punker, padahal remaja yang menggunakan fashion punk belum tentu memahami ideologi punk. Bagi para imitator punk (sebutan bagi orang yang suka berdandan ala punk, namun tidak menjadi bagian dari komunitas punk), memakai asesoris punk tidak lebih dari lifestyle fashion, atau sebagai adaptasi visual semata. Dengan berdandan seperti punk mereka percaya kalu sedang mengikuti tren atau “necis” . yang dilakukan imitator punk adalah sedang memakai “sign” kemudian memaknai secara lain, inilah aplikasi dari teori dusta Umberto Eco.
Ideologi Punk
                Inti dari ideologi punk adalah pada motto “D.I.Y (Do It Your Self)”, motto ini begitu diyakini dan dihidupi oleh mereka layaknya sebuah ajaran agama. “Do It Your Self” artinya semua dapat dikerjakan sendiri, ideologi ini muncul karena sifat mereka yang anti sosial, mereka tidak mempercayai siapapun diluar komunitas punk, bahkan kecenderungan ideologi mereka selalu berkaitan dengan perlawanan terhadap kekuasaan/politik, anti sosial, minoritas, vandalisme, anti hukum, dan segala hal yang cenderung negatif. Namun dibalik ideologi tersebut sebenarnya ada juga kandungan yang positif, seperti pola hidup mandiri, berkarya (musik) meski dalam keterbatasan, Keberanian dalam mengaktualisasikan diri serta kepercayaan diri yang tinggi. Motto “Do It Yor Self” juga dipahami mereka untuk bertindak seenaknya, akhirnya dalam menyampaikan aspirasi komunitas punk sering melakukan hal-hal yang negatif seperti aksi vandalisme[3]. Mengingat sejarahnya yang kelam, ideologi punk sarat dengan hal-hal yang berbau pemberontakan/perlawanan, kebanyakan teraktualisasi menjadi suatu hal yang negatif, oleh karena itu punk sebenarnya dekat dengan kriminalitas, pengangguran, sex bebas, anarki, narkoba, revolusi, dan hal-hal negatif lainya.
                Fashion punk tentunya tidak mengikuti pemahaman dari motto D.I.Y, fashion punk  atau disebut juga imitator punk hanya memahami punk sebagai trend fashion saja. Mereka tidak mengadaptasi ideologi, namun hanya “punk sebagai tampilan”, atau dalam bahasa semiotika stuktural  Sausure terdapat istilah “Form” and “Content”. Form adalah tampilan sedang content adalah ideologi yang ada di dalamnya. Dalam kata lain fashion punk/imitator punk hanya mengadaptasi “form” bukan “content”nya.
               
Daftar Pustaka
Maria Sari Dian, Identitas Diri Anggota Komunitas Punk Di Bandung, Fakultas Psikologi UNDIP, Semarang, 2010
Martono, Jhon, Punk! Fesyen-Identitas-Subkultur, Halilintar books, Jogjakarta, 2009
Barthes, Roland, Mythologies, Hill and Wang, New York, 1983
Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, Rosda, Bandung, 2003
Barnard, Malcolm, Fashion as Communication, Routledge, 1996; edisi terjemahan Indonesia: Barnard, Malcolm, Fashion sebagai Komunikasi, diterjemahkan oleh Idi Sumandy, Jalasutra, Jogjakarta, 2006 
www.thebrooms28.co.cc/2010/01




[1] RANCID adalah sebuah grup band beraliran punk rock dari Albani, California, yang didirikan pada tahun 1991 dan ditemukan pertama kali oleh Tim Armstrong dan juga Matt Freeman. Keduanya sebelumnya memainkan musik SKA bersama Operation Ivy. Rancid terdiri dari Tim Armstrong(gitar dan vokal), Matt Freeman(bass dan vokal), Lars Frederiksen(gitar dan vokal), dan Branden Steineckert(drum dan perkusi). Band ini didirikan pertama kali oleh Tim, Matt, dan drumer pertama mereka Brett Reed
[2] Sex Pistols adalah salah satu kelompok musik punk rock yang paling berpengaruh dari Inggris. Mereka didirikan pada tahun 1972 sebagai The Strand (merujuk kepada sebuah lagu oleh Roxy Music), oleh Paul Cook (drums), Steve Jones (vocals), dan Wally Nightingale (guitar). Selain itu anggota-anggota awal lain meliputi Stephen Hayes (bass) dan Jim Mackin (organ).
[3] Vandalisme : Menaruh atau memuat gambar-gambar yang provokatif (dan/atau jorok), memasukkan pesan-pesan politik. Selain itu berkali-berkali memuat gambar tanpa informasi sumber atau lisensi padahal sudah diperingatkan berkali-kali bisa pula dianggap vandalisme, seringkali juga disertai pengrusakan pada fasilitas umum, mengotori jalan dan mengganggu ketertipan